Senin, 08 Februari 2010

Sang Operator

Waktu Edward masih amat kecil, ayahnya sudah mempunyai telepon di rumahnya. Telephone masa tempo dulu, warnanya hitam, ditempelkan di dinding, dan harus memutar sebuah putaran disambungkan dengan nomor telepon operator, dan sang operator akan menghubungkan secara manual dengan nomor yang kita minta. Dalam waktu singkat, Edward menemukan bahwa, kalau putaran diputar, sebuah suara yang ramah, manis, akan berkata, “Di sini operator.” Bagi si Edward sang operator ini maha tahu. Ia tahu semua nomor telepon orang lain. Ia tahu nomor telepon restoran, rumah sakit, bahkan nomor telepon toko kue di ujung kota. Itu membuat si Edward makin menyukai telepon itu.
Pengalaman pertama Edward dengan sang operator terjadi waktu tidak ada seorangpun di rumah dan jempol kirinya terjepit pintu.. Ia berputar-putar kesakitan dan memasukkan jempolnya ke dalam mulut seketika ia ingat dengan sang operator !
Segera Edward putar nomor yang ada di telepon tersebut dan menanti suaranya.
”Di sini operator…” jawab sang operator.
”Jempol saya kejepit pintu…” kata Edward sambil menangis, karena tidak ada yang mendengarkan saat dia di rumah.
”Apakah ibumu ada di rumah?” tanya sang operator.
”Tidak ada orang” balas Edward.
”Apakah jempolmu berdarah?” balas sang operator.
”Tidak, cuma warnanya merah, dan sakiiit sekali.” erang Edward.
”Bisakah kamu membuka lemari es?” tanya sang operator.
”Bisa, jika naik di bangku” sahut Edward.
”Ambillah sepotong es dan tempelkan pada jempolmu….” saran sang operator.
Edward melakukan apa yang dikatakan oleh sang operator, dan hasilnya sungguh menenangkan dirinya.

Sejak saat itu Edward percaya penuh dengan sang operator dan selalu menelpon sang operator kalau ia perlu sesuatu. Bahkan waktu ia tidak bisa menjawab pertanyaan ilmu bumi, apa nama ibu kota sebuah
negara, atau tentang matematika, ia selalu bertanya kepada sang operator. Pernah Edward menanyakan tupai yang ia tangkap untuk dijadikan binatang peliharaan, makannya apa? Kacang atau buah. Semua dijawab dengan baik oleh sang operator.

Suatu hari, burung peliharaan Edward mati. Lalu ia menelpon sang operator dan melaporkan berita dukacita itu kepadanya. Sang operator mendengarkan semua keluhan Edward, kemudian sang operator mengutarakan kata-kata penghiburan yang biasa diutarakan orang dewasa untuk anak kecil yang sedang
sedih. Tapi karena Edward belum mengerti, ia bertanya, “Kenapa burung yang pintar menyanyi dan menimbulkan sukacita sekarang tergeletak tidak bergerak di kandangnya?”
Sang operator berkata dengan lembut: “Karena ia sekarang menyanyi di dunia lain….”
Ternyata kata-kata itu sungguh bisa menenangkan hati Edward. Pernah suatu kali Edward menelpon sang operator, dan ia menanyakan bagaimana mengeja 'kukuruyuk'. Sang operator membantu Edward dengan penuh kesabaran. Kejadian ini berlangsung sampai 9 tahun, Edward selalu saja bertanya kepada sang
operator. Suatu saat, keluarga Edward kemudian pindah ke kota lain. Edward sangat kehilangan dengan operator tersebut. Edward bertumbuh menjadi remaja, kemudian anak muda, dan kenangan masa kecil selalu dinikmatinya. Betapa sabarnya wanita ini. Betapa penuh pengertian dan mau meladeninya sewaktu ia masih kecil.

Beberapa tahun kemudian, saat menjadi seorang mahasiswa, Edward study trip ke kota asal kecilnya. Setiba di kota masa kecilnya, ia langsung menelpon kantor telepon dan minta bagian operator.
“Di sini operator.” Suara yang tidak asing bagi Edward dari telepon itu. Begitu ramah yang ia dengar.
“Bisa tidak meng-eja kata kukuruyuk?” tanya Edward untuk memastikan. Hening sebentar. Kemudian ada pertanyaan: “Jempolmu yang kejepit pintu sudah sembuh kan?” balas sang operator.
Edward tertawa senang. “Itu Anda ya… Wah waktu berlalu begitu cepat ya", balas Edward. Dalam percakapan itu, Edward menerangkan betapa ia berterima kasih untuk semua pembicaraan waktu masa lalunya. Edward merasa begitu nyaman saat berbicara dengan sang operator itu. “Saya juga sungguh menikmati pembicaraan denganmu. Mengapa lama sekali kamu tidak menelepon lagi? Saya
selalu menunggu engkau menelpon.” kata sang operator dengan nada serius. Edward menceritakan, bahwa ia sekarang telah berpindah di kota yang jauh. Edward bertanya apa lain kali boleh menelponnya lagi. “Oh. Tentu saja boleh, nama saya Saly”, kata sang operator.

Tiga bulan kemudian Edward kembali lagi ke kota asalnya. Ia langsung menelepon sang operator. Ternyata, ia mendengar suara yang sangat berbeda dan asing. "Boleh saya berbicara dengan operator yang namanya Saly?" mohon Edward kepada suara operator.
Suara itu bertanya “Apa Anda temannya?”
“Ya, teman sangat lama”, balas Edward.
“Maaf, saya mau memberitahu anda, Saly beberapa tahun terakhir ini ia bekerja selama ini karena sering sakit-sakitan, dan akhirnya dia meninggal lima minggu yang lalu”, jawab suara operator telepon.
Mendengar penyataan operator yang baru itu jiwa Edward merasa lemas.
Sebelum ia meletakkan teleponnya, tiba-tiba suara itu bertanya, “Maaf, apakah Anda bernama Edward?”
“Ya”, jawab Edward.
“Saly meninggalkan sebuah pesan buat Anda. Dia menulisnya di atas sepotong kertas, sebentar ya….”, kata suara sang operator.
Ia kemudian membacakan pesan Saly kepada Edward:
“Katakan pada Edward, bahwa IA SEKARANG MENYANYI DI DUNIA LAIN. Edward akan mengerti kata-kata ini….” Edward lalu meletakkan gagang telepon. Hatinya merasa hancur... perlahan-lahan ia bersandar dan terduduk, hingga ia tidak bisa menahan lagi, akhirnya ia menjerit dan menangis saat ia teringat akan operator yang baik hati itu. Edward menyadari apa yang Saly maksudkan.
“Selamat bernyanyi di dunia lain, Sally, sahabatku, operator telepon yang baik bagiku. Tidak ada duanya engkau di dunia ini buat hidupku”, ucap Edward dengan hati yang begitu sesak....

~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

villa aman D'sini sentul bogor The real account of Villa Aman D'sini sentul city desa bojong koneng kabupaten bogor con...